BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Tujuan
Pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat adalah meningkatkan
kesadaran, kemauan dam kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal di seluruh wilayah Indonesia.
Salah
satu upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan angka kesakitan ( Morbilitas )
dan angka kematian ( mortalitas ) adalah dengan memberikan pelayanan kesehatan
yang efektif pada masyarakat tentang perawatan tali pusat bayi, dalam melaksanakan
upaya tersebut diperlukan sumberdaya manusia yang mempunyai kemampuan untuk
memberikan pelayanan yang berkualitas yaitu dengan memberikan penyuluhan tentang kesehatan kepada masyarakat sehingga
pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat
diharapkan dapat mempengaruhi perilaku masyarakat terhadap kesehatan.
Kemampuan
hidup sehat dimulai sejak bayi karena
pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang menentukan kualitas
otak pada masa dewasa. Supaya
terciptanya bayi yang sehat maka dalam perawatan tali pusat pada bayi
baru lahir dilakukan dengan benar – benar sesuai dengan prosedur kesehatan.
Perawatan
tali pusat adalah melakukan pengobatan
dan peningkatan tali pusat yang menyebabkan pemisahan fisik ibu dengan bayi.
Dan kemudian tali pusat dirawat dalam keadaan steril, bersih dan terhindar dari
infeksi tali pusat.
Perawatan
tali pusat yang baik dan benar akan
menimbulkan dampak positif yaitu tali pusat akan pupus pada hari ke – 5 dan
hari ke – 7 tanpa ada komplikasi, sedangkan dampak negative dari perawatan tali
pusat yang tidak benar adalah bayi akan
mengalami penyakit Tetanus Neonaturum dan dapat mengakibatkan kematian.
Tujuan
Perawatan Tali pusat adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tetanus pada
bayi baru lahir penyakit ini disebabkan
karena masuknya spora kuman tetanus
kedalam tubuh melalui tali pusat, baik dari alat steril, pemakaian obat –
obatan, bubuk atau daun – daun yang ditaburkan ketali pusat sehingga dapat mengakibatkan infeksi.
1.2
Tujuan
1.2.1 Tujuan
Umum
Setelah berhasilnya penulisan makalah
ini, diharapkan mahasiswa mampu memberikan penanganan tentang perawatn dan
pemotongan tali pusat pada bayi baru lahir.
1.2.1
Tujuan Khusus
o
Dapat menjelaskan pengertian tali pusat
o
Dapat menyebutkan penyebab dari tali
pusat
o
Dapat menjabarkan patofisiologi tali
pusat
o
Dapat menyebutkan pencegahan infeksi
tali puat
o
Dapat menyebutkan penatalaksanaan tali
pusat
1.3
Manfaat
Dengan adanya makalah ini, maka dapat
memberikan manfaat serta pengetahuan yang berguna bagi mahasiswa, khususnya
Mahasiswa Akademi Kebidanan dalam memahami tentang perawatan dan pemotongan
tali pusat pada bayi baru lahir.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
2.1 Pengertian
Tali pusat atau Umbilical cord adalah
saluran kehidupan bagi janin selama
dalam kandungan, dikatakan saluran kehidupan karena saluran inilah yang
selama 9 bulan 10 hari menyuplai zat – zat gizi dan oksigen janin.
Tetapi
begitu bayi lahir, saluran ini sudah tak diperlukan lagi sehingga harus dipotong
dan diikat atau dijepit.
o Letak : Funiculus umbilicalis terbentang
dari permukaan fetal plasenta sampai daerah umbilicalis fetus dan berlanjut
sebagai kulit fetus pada perbatasan tersebut. Funiculus umbilicalis secara
normal berinersi dibagian tengah plasenta.
o
Bentuk : Funiculus umbilicalis berbentuk
seperti tali yang memanjang dari tengah plasenta sampai ke umbilicalis fetus
dan mempunyai sekitar 40 puntiran spiral.
o
Ukuran : Pada saat aterm funiculus
umbilicalis panjangnya 40 - 50 cm dan diameternya 1 – 2 cm, hal ini cukup untuk
kelahiran bayi tanpa menarik plasenta keluar dari rahim ibu. Tali pusat menjadi
lebih panjang jika jumlah air ketuban pada kehamilan trimester pertama dan
kedua relative banyak. Jika oligohidromnion dan janin kurang gerak ( pada
kelainan motorik janin ), maka umumnya tali pusat lebih pendek. Kerugian tali
pusat terlalu panjang adalah dapat terjadi lilitan disekitar leher atau tubuh
janin atau menjadi ikatan yang dapat menyebabkan oklusi pembuluh darah
khususnya pada saat persalinan.
Ø Struktur
tali pusat
o
Amnion : Menutupi funiculus umbilicalis
dan merupakan lanjutan amnion yang menutupi permukaan fetal plasenta. Pada
ujung fetal amnion melanjutkan diri dengan kulit yang menutupi abdomen. Baik
kulit maupun membran amnion berasal dari ectoderm.
o Tiga pembuluh darah :
Setelah struktur lengkung usus, yolk sack dan duktus vitellinus menghilang,
tali pusat akhirnya hanya mengandung pembuluh darah umbilikal yang
menghubungkan sirkulasi janin dengan plasenta. Ketiga pembuluh darah itu saling
berpilin di dalam funiculus umbilicalis dan melanjutkan sebagai pembuluh darah
kecil pada vili korion plasenta. Kekuatan aliran darah (kurang lebih 400 ml/
menit) dalam tali pusat membantu mempertahankan tali pusat dalam posisi relatif
lurus dan mencegah terbelitnya tali pusat tersebut ketika janin bergerak-gerak.
Ketiga pembuluh darah tersebut yaitu :
· Satu vena umbilicalis membawa oksigen dan memberi nutrien ke sistem
peredaran darah fetus dari darah maternal yang terletak di dalam spatium
choriodeciduale.
· Dua arteri umbilicalis mengembalikan produk sisa (limbah) dari
fetus ke plasenta dimana produk sisa tersebut diasimilasi ke dalam peredaran
darah maternal untuk di ekskresikan.
o Jeli Wharton : Merupakan
zat yang berkonsistensi lengket yang mengelilingi pembuluh darah pada funiculus
umbilicalis. Jeli Warthon merupakan subtansi seperti jeli, juga berasal dari
mesoderm seperti halnya pembuluh darah. Jeli ini melindungi pembuluh darah
tersebut terhadap kompresi, sehingga pemberian makanan yang kontinyu untuk
janin dapat di jamin. Selain itu juga dapat membantu mencegah penekukan tali
pusat. Jeli warthon ini akan mengembang jika terkena udara. Jeli Warthon ini
kadang-kadang terkumpul sebagai gempalan kecil dan membentuk simpul palsu di
dalam funiculus umbilicalis. Jumlah jeli inilah yang menyebabkan funiculus
umbilicalis menjadi tebal atau tipis.
Ø Fungsi
Tali pusat :
o Sebagai saluran yang
menghubungkan antara plasenta dan bagian tubuh janin sehingga janin mendapat
asupan oksigen, makanan dan antibodi dari ibu yang sebelumnya diterima terlebih
dahulu oleh plasenta melalui vena umbilicalis.
o
Saluran pertukaran bahan-bahan kumuh seperti urea dan gas karbon
dioksida yang akan meresap keluar melalui arteri umbilicalis.
Ø Sirkulasi
Tali pusat
o Fetus yang sedang
membesar di dalam uterus ibu mempunyai dua keperluan yang sangat penting dan
harus dipenuhi, yaitu bekalan oksigen dan nutrien serta penyingkiran bahan
kumuh yang dihasilkan oleh sel-selnya. Jika keperluan ini tidak dapat dipenuhi,
fetus akan menghadapi masalah dan mungkin maut. Struktur yang bertanggung jawab
untuk memenuhi keperluan fetus ialah plasenta. Plasenta yang terdiri daripada
tisu fetus dan tisu ibu terbentuk dengan lengkapnya pada ujung minggu yang
ke-16 kehamilan.
Gambar 1.1 Letak janin dalam kandungan ibu
Pada plasenta banyak terdapat unjuran seperti
“Jari” atau vilus tumbuh dari membran yang menyelimuti fetus dan menembusi
dinding uterus, yaitu endometrium. Endometrium pada uterus adalah kaya dengan
aliran darah ibu. Di dalarn vilus terdapat jaringan kapilari darah fetus. Darah
yang kaya dengan oksigen dan nutrien ini dibawa melalui vena umbilicalis yang
terdapat di dalam tali pusat ke fetus. Sebaliknya, darah yang sampai ke vilus
dari fetus melalui arteri umbilicalis dalam tali pusat mengandungi bahan kumuh
seperti karbon dioksida dan urea. Bahan kumuh ini akan meresap merentas membran
dan memasuki darah ibu yang terdapat di sekeliling vilus. Pertukaran oksigen,
nutrien, dan bahan kumuh lazimnya berlaku melalui proses resapan. Dengan cara
ini, keperluan bayi dapat dipenuhi.
Walaupun darah ibu dan
darah fetus dalam vilus adalah begitu rapat, tetapi kedua-dua darah tidak
bercampur kerana dipisahkan oleh suatu membran. Oksigen, air, glukosa, asid
amino, lipid, garam mineral, vitamin, hormon, dan antibodi dari darah ibu perlu
menembus membran ini dan memasuki kapilari darah fetus yang terdapat dalam
vilus. Selain oksigen dan nutrien, antibodi dari darah ibu juga meresap ke
dalarn darah fetus melalui plasenta. Antibodi ini melindungi fetus dan bayi
yang dilahirkan daripada jangkitan penyakit.
Gambar 1.2 Sirkulasi pada tali pusat pada janin
Ø Kelainan
Letak Tali Pusat
Tali pusat secara normal berinersi di
bagian sentral kedalam permukaan fetal plasenta. Namun, ada beberapa yang
memiliki kelainan letak seperti:
o
Insersi tali pusat Battledore @ pada
kasus ini tali pusat terhubung kepaling pinggir plasenta seperti bet tenis
meja. Kondisi ini tidak bermasalah kecuali sambungannya rapuh.
o Insersi
tali pusat Velamentous @ tali pusat berinsersi kedalam membran agak jauh dari
pinggir plasenta. Pembuluh darah umbilikus melewati membran mulai dari tali pusat ke
plasenta. Bila letak plasenta normal, tidak berbahaya untuk janin, tetapi tali
pusat dapat terputus bila dilakukan tarikan pada penanganan aktif di kala tiga
persalinan.
2.2
Etiologi
o Lama waktu Terlepasnya
Tali Pusat
Tali pusat orok berwarna
kebiru-biruan dan panjang sekitar 2,5 – 5 cm segera setelah dipotong. Penjepit
tali pusat digunakan untuk menghentikan perdarahan. Penjepit tali pusat ini
dibuang ketika tali pusat sudah kering, biasanya sebelum ke luar dari rumah
sakit atau dalam waktu dua puluh empat jam hingga empat puluh delapan jam
setelah lahir. Sisa tali pusat yang masih menempel di perut bayi (umbilical
stump), akan mengering dan biasanya akan terlepas sendiri dalam waktu 1-3
minggu, meskipun ada juga yang baru lepas setelah 4 minggu.
Tali pusat sebaiknya dibiarkan lepas dengan sendirinya.
Jangan memegang-megang atau bahkan menariknya. Bila tali pusat belum juga puput
setelah 4 minggu, atau adanya tanda-tanda infeksi, seperti; pangkal tali pusat
dan daerah sekitarnya berwarna merah, keluar cairan yang berbau, ada darah yang
keluar terus- menerus, bayi demam tanpa sebab yang jelas maka kondisi tersebut
menandakan munculnya penyulit
pada neonatus yang disebabkan oleh tali pusat.
o
Lilitan Tali pusat pada janin
Adanya lilitan tali pusat di leher dalam
kehamilan menurutnya, pada umumnya tidak menimbulkan masalah. Namun dalam
proses persalinan dimana mulai timbul kontraksi rahim dan kepala janin mulai
turun dan memasuki rongga panggul, maka lilitan tali pusat menjadi semakin erat
dan menyebabkan penekanan atau kompresi pada pembuluh-pembuluh darah tali
pusat. Akibatnya, suplai darah yang mengandung oksigen dan zat makanan ke janin
akan berkurang, yang mengakibatkan janin menjadi sesak atau hipoksia.
Kemungkinan sebab lilitan tali pusat pada janin :
§ Usia kehamilan ®
Kematian bayi pada trimester pertama atau kedua sering disebabkan karena
puntiran tali pusat secara berulang-ulang ke satu arah. Ini mengakibatkan arus
darah dari ibu ke janin melalui tali pusat tersumbat total. Karena dalam usia
kehamilan tersebut umumnya bayi masih bergerak dengan bebas. Hal tersebut
menyebabkan kompresi tali pusat sehingga janin mengalami kekurangan oksigen.
§ Polihidramnion
kemungkinan bayi terlilit tali pusat semakin meningkat.
§ Panjangnya tali pusat ®
dapat menyebabkan bayi terlilit. Panjang tali pusat bayi rata-rata 50 sampai 60
cm. Namun, tiap bayi mempunyai panjang tali pusat berbeda-beda. Panjang
pendeknya tali pusat tidak berpengaruh terhadap kesehatan bayi, selama
sirkulasi darah dari ibu ke janin melalui tali pusat tidak terhambat.
o Tanda-Tanda Bayi
Terlilit Tali Pusat :
Beberapa hal yang menandai bayi terlilit tali
pusat, yaitu:
1. Pada bayi dengan usia kehamilan lebih dari 34 minggu, namun bagian
terendah janin (kepala atau bokong) belum memasuki pintu atas panggul perlu
dicurigai adanya lilitan tali pusat.
2. Pada janin letak sungsang atau lintang yang menetap meskipun telah
dilakukan usaha untuk memutar janin (Versi luar/knee chest position) perlu
dicurigai pula adanya lilitan tali pusat.
3. Dalam kehamilan dengan pemeriksaan USG khususnya color doppler dan
USG 3 dimensi dapat dipastikan adanya lilitan tali pusat.
4. Dalam proses persalinan pada bayi dengan lilitan tali pusat yang
erat, umumnya dapat dijumpai dengan tanda penurunan detak jantung janin di
bawah normal, terutama pada saat kontraksi rahim.
o Infeksi Tali Pusat (
Tetanus Neonatorum )
Pengertian
Adalah penyakit yang diderita oleh bayi baru lahir (neonatus). Tetanus neonatorum penyebab kejang yang sering dijumpai pada BBL yang bukan karena trauma kelahiran atau asfiksia, tetapi disebabkan infeksi selama masa neonatal, yang antara lain terjadi akibat pemotongan tali pusat atau perawatan tidak aseptic (Ilmu Kesehatan Anak, 1985)
Penyebabnya adalah hasil klostrodium tetani (Kapitaselekta, 2000) bersifat anaerob, berbentuk spora selama diluar tubuh manusia dan dapat mengeluarkan toksin yang dapat mengahancurkan sel darah merah, merusak lekosit dan merupakan tetanospasmin yaitu toksin yang bersifat neurotropik yang dapat menyebabkan ketegangan dan spasme otot. (Ilmu KesehatanAnak,1985)
Adalah penyakit yang diderita oleh bayi baru lahir (neonatus). Tetanus neonatorum penyebab kejang yang sering dijumpai pada BBL yang bukan karena trauma kelahiran atau asfiksia, tetapi disebabkan infeksi selama masa neonatal, yang antara lain terjadi akibat pemotongan tali pusat atau perawatan tidak aseptic (Ilmu Kesehatan Anak, 1985)
Penyebabnya adalah hasil klostrodium tetani (Kapitaselekta, 2000) bersifat anaerob, berbentuk spora selama diluar tubuh manusia dan dapat mengeluarkan toksin yang dapat mengahancurkan sel darah merah, merusak lekosit dan merupakan tetanospasmin yaitu toksin yang bersifat neurotropik yang dapat menyebabkan ketegangan dan spasme otot. (Ilmu KesehatanAnak,1985)
Penyebab tetanus neonatorum adalah clostridium tetani yang merupakan kuman gram positif, anaerob, bentuk batang dan ramping. Kuman tersebut terdapat ditanah, saluran pencernaan manusia dan hewan. Kuman clostridium tetani membuat spora yang tahan lama dan menghasilkan 2 toksin utama yaitu tetanospasmin dan tetanolysin.
2.3 Patofisiologi
Proses
Pembentukan Tali Pusat Pada Janin
Mesoderm connecting stalk yang juga
memiliki kemampuan angiogenik, kemudian akan berkembang menjadi pembuluh darah
dan connecting stalk tersebut akan menjadi tali pusat. Pada tahap awal
perkembangan, rongga perut masih terlalu kecil untuk usus yang berkembang,
sehingga sebagian usus terdesak ke dalam rongga selom ekstraembrional pada tali
pusat. Pada sekitar akhir bulan ketiga, penonjolan lengkung usus (intestional
loop) ini masuk kembali ke dalam rongga abdomen janin yang telah
membesar.Kandung kuning telur (yolk-sac) dan tangkai kandung kuning telur
(ductus vitellinus) yang terletak dalam rongga korion, yang juga tercakup dalam
connecting stalk, juga tertutup bersamaan dengan proses semakin bersatunya
amnion dengan korion.
2.4 Penatalaksanaan
o
Persiapan
Alat yang Diperlukan
- Arteri klem 2 buah
- Gunting Steril 1 buah
- Sarung Tangan Steril 1 pasang
- Benang steril pengikat pusat 1 helai
- Selimut Kering dan bersih 1 buah
- Perlak pengalas 1 buah
o
Teknik
Memotong Tali Pusat
Dengan
menggunakan klem DTT, lakukan penjepitan tali pusat dengan klem pada sekitar 3
cm dari dinding perut (pangkal pusat) bayi. Dari titik jepitan, tekan tali
pusat dengan dua jari kemudian dorong isi tali pusat ke arah ibu (agar darah
tidak terpancar pada saat dilakukan pemotongan tali pusat). Lakukan penjepitan
kedua dengan jarak 2 cm dari tempat jepitan pertama pada sisi atau mengarah ke
ibu. Pegang tali pusat di antara kedua klem tersebut, satu tangan menjadi
landasan tali pusat sambil melindungi bayi, tangan yang lain memotong tali pusat
di antara kedua klem tersebut dengan menggunakan gunting disinfeksi tingkat
tinggi atau steril (Gambar 3). Setelah selesai digunting segera ikat tali pusat
bayi dengan benang pusat, ikatan harus kecang dengan simpul mati.Setelah
memotong tali pusat, ganti handuk basah dan selimuti bayi dengan selimut atau
kain yang bersih dan kering. Pastikan bahwa kepala bayi terselimuti dengan
baik. (Sumber: Martin, 1996)
o Perawatan Tali Pusat
Perawatan adalah proses
perbuatan, cara merawat, pemeliharaan, penyelenggaraan (Kamisa, 1997).
Perawatan tali pusat tersebut sebenarnya juga sederhana. Hal yang paling
terpenting dalam membersihkan tali pusat adalah :
1.Pastikan tali pusat dan area sekelilingnya selalu bersih dan
kering.
2. Selalu cuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun sebelum
membersihkan tali
pusat.
3. Selama belum tali pusatnya puput, sebaiknya bayi tidak dimandikan
dengan cara dicelupkanke
dalam air. Cukup dilap saja dengan air hangat.
Alasannya, untuk menjaga tali pusat tetap kering.
Bagian yang harus selalu
dibersihkan adalah pangkal tali pusat, bukan atasnya. Untuk
membersihkan
pangkal ini, Anda harus sedikit mengangkat (bukan menarik) tali pusat. Tali
pusat harus dibersihkan sedikitnya dua kali dalam sehari.
4.Tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat dengan apapun, karena
akan membuatnya menjadi
lembab. Selain memperlambat puputnya tali pusat, juga
menimbulkan resiko infeksi. Kalaupun
terpaksa ditutup tutup atau ikat dengan
longgar pada bagian atas tali pusat dengan kain kasa
steril. Pastikan bagian
pangkal tali pusat dapat terkena udara dengan leluasa.
2.5 Pencegahan
Pencegahan agar tali
pusat tidak infeksi yaitu dengan cara pemberian toxoid tetanus kepada ibu hamil
3 x berturut – turut pada trimester ke – 3 dikatakan sangat bermanfaat untuk
mencegah tetanus neonatorum. Pemotongan tali pusat harus menggunakan alat yang
steril dan perawatan tali pusat selanjutnya.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tali pusat atau Umbilical cord adalah
saluran kehidupan bagi janin selama
dalam kandungan, dikatakan saluran kehidupan karena saluran inilah yang
selama 9 bulan 10 hari menyuplai zat – zat gizi dan oksigen janin.
Perawatan adalah proses
perbuatan, cara merawat, pemeliharaan, penyelenggaraan (Kamisa, 1997).
Perawatan tali pusat tersebut sebenarnya juga sederhana. Hal yang paling
terpenting dalam membersihkan tali pusat adalah :
1. Pastikan tali pusat dan area sekelilingnya selalu bersih dan
kering.
2. Selalu cuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun sebelum
membersihkan tali pusat.
3. Selama belum tali pusatnya puput, sebaiknya bayi tidak dimandikan
dengan cara dicelupkan ke dalam air. Cukup dilap saja dengan air hangat.
Alasannya, untuk menjaga tali pusat tetap kering. Bagian yang harus selalu
dibersihkan adalah pangkal tali pusat, bukan atasnya. Untuk membersihkan
pangkal ini, Anda harus sedikit mengangkat (bukan menarik) tali pusat. Tali
pusat harus dibersihkan sedikitnya dua kali dalam sehari.
4. Tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat dengan apapun, karena
akan membuatnya menjadi lembab. Selain memperlambat puputnya tali pusat, juga
menimbulkan resiko infeksi. Kalaupun terpaksa ditutup tutup atau ikat dengan
longgar pada bagian atas tali pusat dengan kain kasa steril. Pastikan bagian
pangkal tali pusat dapat terkena udara dengan leluasa.
3.2
Saran
1. Bagi para pembaca makalah ini, apabila
memiliki minat untuk menulis/meneliti tentang penelitian ini, penulis harapkan
dapat meneliti lebih dalam lagi mengenai penelitian ( dalam penulisan isi
makalah)
2.
Penulis harapkan makalah ini merupakan rintisan bagi penulisan makalah (
penelitian lain yang lebih lanjut/dalam )
3.
Apabila terdapat kekurangan dalam makalah ini, penulis harapkan agar
pembaca mencari solusi dari kekurangan makalah ini dengan menambah referensi
bacaan dari yang lain.
DAFTAR
PUSTAKA
Gary F Cunningham, etc. 2005. ” Obstetri Williams “. Jakarta :
EGC.
S. A Goeslan. 1990. ” Ilmu Kebidanan “. Jakarta : Balai Pustaka.
Farrer Helen. 1999. ” Perawatan Maternitas “. Jakarta : EGC.
Henderson, Christine. 2005. ” Konsep Kebidanan “. Jakarta : EGC.
Salmah, etc. 2006. ” Asuhan Kebidanan Antenatal “. Jakarta : EGC.
http://www.kompas.co.id/ver1/Kesehat…/17/085333.htm. Penulis : Evy
Rachmawati. ” Keajaiban dari Darah Tali Pusat “.
———. Tabloid Ibu Anak. ” Mother And Baby “. Update : Monday, 07
Feb 2005 Pukul 14:10:00 WIB.
Bari Abdul Saifuddin, Noroyono Wibowo. 2008. ” Plasenta, Tali
Pusat, Selaput Janin dan Cairan Amnion “. Kuliah Obstetri Ginekologi. Jakarta :
FKUI.
Mochtar Rustam. 1998. ” Sinopsis Obsetri “. Jakarta : EGC.
Verralls Sylvia. 1997. ” Anatomi & Fisiologi Terapan dalam
Kebidanan “. Jakarta :EGC.
Salmah, etc. 2006. ” Asuhan Kebidanan Antenatal “. Jakarta : EGC.
http://www.kompas.co.id/ver1/Kesehat…/17/085333.htm. Penulis : Evy
0 komentar:
Posting Komentar